SERPIHAN KISAH PENEMUAN SITUS SIWA LINGGA
DI LERENG GUNUNG RAUNG
RPH. SIDOMULYO DESA JAMBEWANGI KECAMATAN SEMPU – BANYUWANGI
Kisah ini kami tulis berdasarkan penuturan dari salah seorang nara sumber yang berhasil kami wawancarai yaitu pertama dari Pak Agus yang tinggal di Pemukiman hutan Tlocor Dusun Sidomulyo Desa Jambewangi Kecamatan Sempu – Kab. Banyuwangi.
Menurut penuturan dari Pak Agus antara lain mengisahkan sebagai berikut :
“Waktu itu sekitar tahun seribu sembilan ratus delapan puluhan, ketika Pak Agus dan kawan-kawannya membuka hutan Pinus yang pertama kali. Sebelum ditanami pohon Pinus, hutan tersebut adalah hutan belantara yang banyak ditumbuhi pohon bambu. Pada saat Pak Agus menebang pohon Pinus, begitu pohon yang ditebang itu roboh, rantingnya menimpa benda aneh yang belum pernah dilihat oleh Pak Agus. Setelah didekati dan diamati ternyata benda itu adalah sebuah Patung batu yang duduk bersila diatas tempat duduk yang terbuat dari batu, kedua tangan bersidakep, rambut disanggul di atas layaknya seorang pendeta. Patung tersebut menghadap ke Timur yang diapit dua buah batu ukiran bersusun-susun disebelah kanan dan kirinya kurang lebih setinggi 70 cm. Seketika itu Pak Agus terkejut dan takut karena dikira tempat itu adalah kuburan kuno ( makam orang pada jaman dahulu ). Karena takut akan terjadi sesuatu terhadap dirinya, maka Pak Agus segera membersihkan tempat itu kemudian memagarinya dengan ranting-ranting pohon Pinus.
Sampai siang hari pikiran Pak Agus tidak bisa tenang, rasa laparpun hilang karena pikirannya was-was dan takut jangan-jangan terjadi sesuatu yang akan menimpa dirinya akibat pohon Pinus yang ditebangnya itu roboh menimpa kuburan tersebut. Saat itu juga dia lansung menceriterakan kejadian itu kepada temannya. Begitu mendengar ceritera dari Pak Agus, temannya jadi penasaran ingin tahu kuburan tersebut. Setelah mencarinya kesana kemari ternyata teman Pak Agus itu tidak menemukan apa-apa. Akhirnya dia kembali lagi pada Pak Agus agar diantar dan ditunjukkan tempat tersebut. Setelah ditunjukkan oleh Pak Agus barulah temannya itu dapat melihat dengan jelas kuburan tersebut, padahal dari tadi dia sudah berputar-putar mencari ditempat itu juga, namun tidak tahu. “Aneh, memang sungguh aneh”. Demikian kata teman Pak Agus.
Selang beberapa hari kemudian datanglah seseorang yang bernama Hama dari Dusun Gunungsari Kecamatan Glenmore. Katanya dia pernah mendengar berita bahwa ada penemuan kuburan yua ditengah hutan Pinus. Untuk itu dia datang menemui Pak Agus agar diantar dan ditunjukkan ketempat kuburan dimaksut. Pada hari itu juga oleh Pak Agus orang tersebut diantar dan ditunjukkan ke tempat itu.
Pada malam harinya waktu Pak Agus sedang berburu binatang, tiba-tiba melihat cahaya terang ditempat itu. Karena penasaran ingin tahu, akhirnya Pak Agus mendekati tempat tersebut. Setelah sampai disitu ternyata Hama dan kawan-kawannya sudah menggali dan membongkar kuburan tersebut. Melihat kejadian ini Pak Agus tidak jadi berburu binatang, melainkan menunggui Hama dan kawan-kawannya yang sedang menggali tempat tesebut. Pada saat penggalian, patung tersebut dipindahkan oleh Hama, kemudian di bawahnya digali sampai kedalaman kurang lebih 2 meter. Saat itu Pak Agus melihat tatanan batu paras yang tersusun rapi seperti tembok. Namun akhirnya dibongkar oleh Hama dan kawan-kawannya dan dinaikkan ke atas sehingga banyak batu parasnya yang rusak dan patah. Sambil menunggui Hama dan kawan-kawannya membongkar tempat tersebut, Pak Agus selalu memperhatikan dan memandangi Patung itu. Ada perasaan aneh dan sepertinya ada kekuatan gaib pada patung itu. Patung itu terbuat dari batu yang keras dan bersinar gemerlapan ketika tertimpa cahaya lampu petromak. Pak Agus tidak henti-hentinya memandangi Patung itu. Cahaya gemerlapan itu seperti hidup dan bergerak naik turun. Sungguh-sungguh menyenangkan dan memikat perasaan. Pak Agus benar-benar merasa sangat senang dengan patung itu. Tapi Pak Agus takut untuk mengambilnya.
Selanjutnya dalam penggalian itu Hama dan kawan-kawannya menemukan 2 buah emas batangan sebesar korek api gas. Dari situlah Pak Agus baru tahu bahwa Hama itu adalah pencari barang antik atau pencari harta karun. Setelah pagi hari penggalian itu baru dihentikan. Selanjutnya Pak Agus menyuruh Hama dan kawan-kawannya agar mengembalikan batu-batu paras yang dibongkar itu. Dan pada saat itu batu-batu paras tersebut hanya dilempar-lemparkan begitu saja kedalam lubang galian tersebut tanpa ditimbun kembali. Kemudian Hama memegang Patung itu lalu mengocak-ngocaknya.
Patung tersebut didalamnya seperti berlobang dan berisi sesuatu. " Waduh ! di dalam ini berisi apa ya ? " Demikian kata Hama. Namun oleh Pak Agus dilarang agar Patung itu tidak dibawa pulang oleh Hama. Sebelum Hama dan kawan-kawannya itu pulang, Pak Agus diberi uang oleh Hama. Namun Pak Agus tidak mau menerima dan bahkan menolaknya karena Pak Agus takut jangan-jangan menerima akibat yang tidak baik dikemudian hari. Setelah Hama dan kawan-kawannya pulang, Patung itu oleh Pak Agus disandarkan di bawah pohon pisang.
Selang beberapa hari kemudian waktu Pak Agus ketempat itu ternyata Patung tersebut sudah tidak ada ditempat. Apakah diambil kembali oleh Hama ataukah diarnbil oleh orang lain, ataukah memang hilang kemana ? Pak Agus pun tidak tahu dan sampai sekarang Patung itupun tidak karuan dimana keberadaannya.
Hari berikutnya datang lagi pencari harta karun dari Sempolan Jember yang menggali tempat itu pada malam harinya. Demikian seterusnya semakin hari semakin banyak orang yang datang dan menggali diareal tempat tersebut sehingga keadaannya semakin tambah hancur dan berantakan.
Beberapa tahun kemudian setelah hutan Pinus itu ditutup kembali, ternyata Pak Agus melihat Patung itu lagi. Sedangkan pencari harta karunpun masih selalu saja datang silih berganti. Tetangga Pak Agus pun juga banyak yang membawa pulang batu-batu paras untuk dibuat tungku untuk memasak. Demikian pula teman-teman Pak Agus juga pernah membawa pulang 2 buah batu ukiran bersusun-susun untuk dibuat mainan karena bentuknya yang aneh dan indah. Sampai salah satunya ada yang patah ujungnya. Yang sampai kini patahan ujung batu ukiran itupun masih dan disimpan di rumah Pak Agus.
Sampai pada suatu hari datanglah rombongan dari Bali yang diantar oleh Pak Agus ketempat itu. Salah satunya adalah seorang Pemangku. Namun dari Bali daerah mana, Pak Agus pun tidak tahu. Rombongan tersebut mengadakan persembahyangan bersama ditempat itu.
Sejak saat itulah Pak Agus tahu dan percaya bahwa tempat itu bukanlah kuburan seperti dugaan Pak Agus selama itu, melainkan tempat itu adalah tempat sucinya orang Hindu atau Pura.
Sejak kedatangan rombongan dari Bali itulah Pak Agus langsung memberitahukan kepada teman-temannya bahwa batu-batu paras yang dibawa pulang itu adalah bukan miliknya melainkan milik tempat sucinya orang Hindu. Karena takut, seketika itu teman temannya langsung membongkar tungku-tungkunya yang terbuat dari batu-batu paras itu dan menaruhnya di belakang rumah. Sedangkan 2 buah batu ukiran bersusun-susun yang tadinya sering untuk mainan anak-anak itu langsung dibuang ke sungai di belakang rumah.
Waktu kedatangan rombongan dari Bali itu Patung tersebut sudah tidak ada. Seandainya Pak Agus Tahu kalau tempat itu adalah tempat suci, sudah barang tentu Patung itu akan disimpan oleh Pak Agus dan mungkin sampai sekarang Patung itu masih ada.
Tapi apa boleh buat karena pada waktu itu tidak ada orang yang peduli, maka tempat itu kini benar-benar menjadi hancur berantakan karena diacak-acak orang dan Patung itupun hilang tidak tahu kemana rimbanya". Demikian ceritera yang disampaikan oleh Pak Agus yang berhasil kami kumpulkan.
Untuk Kisah Penemuan yang ke dua oleh Mas Heri dari Dsn. Sidomulyo akan saya sampaikan pada kisah selanjutnya
Bukti Peninggalan Sejarah yang ditemukan di lokasi tersebut
.
Ditulis Oleh :
MAS TEDJO, S. Ag
Banyuwangi Jawa Timur